Logo Jakarta. Photo by Firza Pratama

Fiksi & Puisi

2025-01-30 00:00:00

Puisi Puisi Aan Mansyur

Kita lelah dan mesin-mesin ini tidak tahu bergerak. Kauingin aku jadi sesuatu yang ringan dan pandai terbang.

By Aan Mansyur

MENJADI KEMACETAN



Kita lelah dan mesin-mesin ini tidak tahu bergerak. Kauingin aku jadi sesuatu yang ringan dan pandai terbang. Aku lebih suka andai bisa jadi mobil bertumpuk di belakang pabrik yang sudah pensiun—atau belukar yang menjadikannya taman ular.



Dari jendela mobil yang gelisah tidak ada yang tampak indah. Bahkan matahari yang menenggelamkan diri dan jingga. Sebagian hujan sejak lama sudah sial tercatat di laporan tahunan departemen sosial. Selebihnya memilih sembunyi di sajak siapa-penyair-itu dan aman jadi laut atau langit atau cuaca tanpa ada yang mengubah namanya jadi keluhan. Kauingin aku jadi kekasih atau puisi yang tangannya bisa memijat betismu yang keram. Aku lebih suka andai bisa jadi trotoar atau pohon tua yang mengajakmu berlari-lari kecil seperti bocah riang pulang sekolah.



Kita lelah dan kata-kata dusta dan kota-kota jauh jatuh dari layar telepon genggammu yang lelah kaupandangi. Kau sedih seolah semua orang yang kaukenal tiba-tiba menghapusmu. Kauingin aku jadi negara atau hal-hal lain yang gemar berlibur. Aku lebih suka andai bisa jadi buku dongeng yang kaubaca di tempat tidur. Kaupeluk aku sambil tertawa membayangkan kita sepasang anak kecil yang selamanya. Kupeluk kau sambil membayangkan lengan kita adalah negara satu-satunya.



Mesin-mesin ini tetap bodoh dan tak tahu bergerak. Teleponmu basah dan mati dan lepas dari genggaman. Tidur, atau mungkin maut, memasuki tubuhmu pelan-pelan. Matamu museum kupu-kupu. Kulihat mimpi satu demi satu keluar dari sana. Aku, seperti biasa, memikirkan cita-citaku yang selalu: ingin segera berhenti jadi buruh.




PUKUL 7.15 SEHELAI DAUN JATUH


DI KAKI JENDELA SEBUAH DUSUN



jika aku menulis pagi, yang kaulihat


cuma langit & kesemrawutan di jalan.



jika aku menulis pohon, kau luput


bertanya tentang burung yang mati


di rantingnya, atau api & gergaji


pura-pura mencintai batangnya.



jika aku menulis rumah, selain dinding


& atap & pintu & kehilangan, apa lagi


yang kautangkap?



jika aku menulis negara, puisi ini penuh


orang jakarta berusaha sembuh dari diri


mereka sendiri.