Home Editor’s Letter Menjadi Diri Sendiri Menurut Carl Gustav Jung

Menjadi Diri Sendiri Menurut Carl Gustav Jung

0
Menjadi Diri Sendiri Menurut Carl Gustav Jung

Menjadi diri sendiri menandai keterbebasan dari warisan psikis kolektif yang memberati tiap individu. Proses memeroleh satu tahap kebebasan itu memang tidak selalu sederhana, butuh keberanian menghadapi sepi dan rasa keterbuangan.

Oleh Sabiq Carebesth

Kita lumrah mendengar orang berujar “jadi diri sendiri saja”, ujaran itu bisa datang dari mana saja, teman, motivator atau sekadar ujaran sambil lalu dari orang asing. Berseliweran seperti aroma tanah saat musim gerimis. Bobotnya bisa mendalam terkadang seadanya saja. Tetapi semua orang tahu bahwa menjadi diri sendiri itu penting. Dan kita juga tahu kualitas dan bobotnya bisa berbeda-beda dalam banyak momen. Apa sih menjadi diri sendiri itu sebenarnya?

Apakah menjadi diri sendiri itu berarti cuek, berpakaian bebas sesuai keinginan, menikmati dan menjalani cara cara bebas untuk hidup? Semua itu bisa saja benar, tetapi hal itu hanya ekspresi dari diri. Terkadang hanya merefleksikan suatu tahapan proses menjadi diri sendiri itu sendiri.

Psikoanalis Karl Jung, seorang yang paling otoritaif dalam membicarakan tema perkembangan diri setelah Freud, memberikan perspektif yang bisa dijadikan pertimbangan untuk lebih memahami bagaimana menjadi diri sendiri.

Warisan Psikis

Dalam teorinya, Jung membagi psyche (jiwa) menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah ego yang di identifikasi sebagai alam sadar. Bagian kedua, yang terkait erat dengan yang pertama, adalah alam bawah sadar personal, yang mencakup segala sesuatu yang tidak disadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari.

Alam bawah sadar personal adalah apa yang seperti dipahami banyak orang yaitu mencakup kenangan-kenangan yang dapat dibawa ke dalam sadar dengan mudah serta kenangan-kenangan tertentu yang ditekan karena alasan-alasan tertentu. Tetapi alam bawah sadar ini tidak mencakup insting-insting sebagaimana yang dipahami Freud.

Kemudian Jung menambah satu bagian lain yang membuat teorinya berbeda, yaitu alam bawah sadar kolektif atau yang biasa disebut dengan “warisan psikis”.

Alam bawah sadar kolektif adalah tumpukan pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir. Akan tetapi pengalaman ini tidak bisa kita sadari secara langsung. Ia memengaruhi segenap pengalaman dan perilaku kita, khususnya yang berbentuk perasaan, tetapi hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui pengaruh-pengaruh yang ia timbulkan.

Individuasi

 “Induviduasi” (penemuan diri) kemudian berarti sebagai jalan unik yang harus ditempuh oleh setiap orang agar dapat mewujud atau mengembangkan kepribadiannya yang asli.

Dengan proses individuasi, pertanyaan, “siapa saya” atau lebih tepat, “Siapa saya selain dari ego yang sadar”. (hal ini berarti: selain dari apa yang sudah saya ketahui tentang diri saya sendiri, terlaksana juga ucapan ini; ‘jadilah dirimu sendiri dengan seluruh adamu yang sebenarnya’=you have to become your own truly self (Rogers)/werde, wer du eigenlich schon bist) keinginan menjadi utuh hanya dapat diwujudkan dalam suatu kehidupan yang unik dan pribadi.

Menurut Jung, individuasi dapat diterjemahkan sebagai proses menjadi diri sendiri, penulis sendiri lebih mudah atau tersebab terdengar ritmis–menyebut dengan “menemu diri” (werselbsttung) atau realisasi diri (selbstverwirklichung). Kata Jung, “saya menggunakan istilah individuasi untuk menamakan proses yang dialami oleh seorang pribadi menuju menjadi individu yang psikologis; yaitu satu kesatuan atau keseluruhan yang tak terbagi dan terpisah dari yang lain. “(The Archetipe and The Colective Unconsciousness, Coll. Works, Vol. 9, hlm. 275) atau: “Individuasi berarti proses menjadi manusia yang cuma satu dan homogen. Dan sejauh ketakterbagian mencakup keunikan yang paling dalam, paling dasar dan tidak dapat dibandingkan, maka ia juga mengandung proses menajadi diri sendiri.”

Kesimpulannya, pada permulaan manusia belum memiliki dirinya yang sudah terwujud. Tetapi perlahan-lahan dirinya itu harus diwujudkan dalam kehidupannya yang unik.

Sepi dan Menyakitkan

Menurut Jung, Proses inviduasi atau menjadi diri sendiri itu selalu disertai rasa sakit dan beban psikis sebab pada permulaan proses itu, orang merasa sepi, sunyi, dan terpisah dari orang lain. Hasil pertama dari perkembangan kepribadian ialah bahwa individu itu menyadari diri sebagai pribadi yang khas, yang lain, yang orisinal. Dan itu berarti bahwa individu itu harus melepaskan diri dari massa yang anonym dan tak sadar.

Inviduasi berarti berani menerima kesunyian. Dan memang tidak ada penyesuaian—betapa pun penyesuaian itu baik dan kuat, dengan lingkungan sosial, dan keluarga, dengan masyarakat, dan dengan status sosial tertentu yang dapat menghindari kesunyian individu.

Itulah rasa sunyi seorang yang matang dan kreatif. Orang tidak lagi ditentukan lagi oleh sifat konformistis terhadap ketentuan-ketentuan kolektif. Ia juga tidak lagi merupakan satu bagian kecil saja dari massa anonim.

Kesunyian itu merupakan sisi belakang yang mutlak harus ada. Kesunyian itu juga merupakan tugas etis untuk setia pada irama batin dan jalan nasib yang unik. Setiap orang harus secara positif menerima irama batin dan jalan nasibnya. Dengan demikian orang itu akan memperoleh keseluruhan pribadi. (*)


Sabiq Carebesth—penulis, editor Galeri Buku Jakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here