This Content Is Only For Subscribers
Saat aku berada di Harvard aku sempat mengenal Robert Fitzgerald, dan aku sering memperlihatkan sajak-sajakku padanya. Meskipun pada kenyataannya aku lebih tua darinya—aku seorang mahasiswa master dan dia saat itu mahasiswa tingkat dua—aku memiliki penghormatan yang besar padanya. Dia berpendidikan lebih baik dariku, dan berpendirian kuat, dan dia membenci apa pun yang bukan kualitas utama.
Suatu hari dia membaca sajakku dan kemudian melihat ke arahku, lebih seperti caramu memandang anak kecil yang membawa masalah, dan dia mengatakan, “Kenapa kau tidak menulis prosa saja?” Aku sangat gembira bahwa dia berpikir aku mampu menulis apa pun itu yang baru kuperlihatkan dan menulis prosa-seolah dia memberikanku izin untuk mencoba. Prosanya mengambil bentuk fiksi karena aku menyukai kisah-kisah dan tak memiliki genggaman yang terlalu kuat atas ide-ide.
*) William Maxwell